Salah Stempel
Dalam paradigma warga desa,
predikat mahasiswa masih dianggap sebagai kaum yang terpelajar. Atas dasar
itulah, John Koplo yang berdomisili di Boyolali pinggiran ini dipercaya warga
desanya untuk menjadi sekretaris. Entah itu sekretaris karang taruna maupun
sekretaris takmir masjid. Beberapa hari
yang lalu, sehabis sholat maghrib Koplo di temui Gembus, ketua takmir
masjidnya.
“Mas Koplo, nyuwun tulung ndamel undangan nggih. Kangge rapat persiapan
bulan Ramadhan.” Ucap Gembus.
“Nggih, Pak. dintene menapa?” tanya Koplo.
“Malem Senin, Mas. Wektune sami kados biasanipun.” Terang Gembus.
Mengetahui waktu tinggal beberapa
hari, Koplopun dengan sigap mengerjakan tugas tersebut. Esuk harinya, setelah
diprint ia langsung menuju rumah Pak Gembus untuk meminta tanda tangan.
“Pak, ngapunten. Tapak asma rumiyin.” Pinta Koplo sembari
menyerahkan master undangan.
“Mas, menawi saged mangke bibar isyak undangan sampun rampug sedaya,
nggih.” Tukas Gembus.
“Nggih, Pak. Insya Allah saged.” Jawab Koplo.
Sore harinya setelah Koplo pulang
dari kampus, tidak lupa ia mampir ke tempat foto copy. Bakda magrib setelah
nulis nama dan menyetempel undangan yang berjumlah tiga puluhan itu, ia
langsung bergegas ngedumke. Hanya dengan waktu 45 menit, ia sudah selesai.
“Alqamdulilah, sampun rampung, Pak.” Sms Koplo kepada kepada Gembus.
“Nggih, Mas. Sampun, ananging stempele kok kliru stempel karang taruna.”
Balas gembus.
Koplo memandang hapenya untuk
beberapa saat, dan langsung mengambil sisa undangan. Benar, stempel yang seharusnya
stempel masjid, kliru stempel karang taruna.
“Wadhuh.” Ucap Koplo sambil
menepuk bathuke dhewe.
Besuknya sewaktu rapat, dengan
malu-malu Koplo meminta maaf atas kesalahan stempel tersebut. Mendengar itu
para takmir tertawa terkekeh-kekeh.
Bisri Nuryadi
Bolon Rt 004/Rw 002. Kec.
Colomadu
Kab. karanganyar